Selasa, 26 April 2011

Dosa yang Lebih Besar dari Zina

Pada suatu senja yang lenggang, terlihat seorang wanita berjalan terhuyung-huyung. Pakaiannya yang serba hitam menandakan bahwa ia berada dalam dukacita yang mencekam. Kerudungnya menangkup rapat hampir seluruh wajahnya. Tanpa hias muka atau perhiasan menempel di tubuhnya. Kulit yang bersih, badan yang ramping dan roman mukanya yang ayu, tidak dapat menghapus kesan kepedihan yang tengah meruyak hidupnya. Ia melangkah terseret-seret mendekati kediaman rumah Nabi Musa a.s. Diketuknya pintu pelan- pelan sambil mengucapkan uluk salam. Maka terdengarlah ucapan dari dalam "Silakan masuk".


Perempuan cantik itu lalu berjalan masuk sambil kepalanya terus merunduk. Air matanya berderai tatkala ia Berkata, "Wahai Nabi Allah. Tolonglah saya. Doakan saya agar Tuhan berkenan mengampuni dosa keji saya."

"Apakah dosamu wahai wanita ayu?" tanya Nabi Musa a.s. terkejut.

"Saya takut mengatakannya."jawab wanita cantik. "Katakanlah jangan ragu-ragu!" desak Nabi Musa.


Maka perempuan itupun terpatah bercerita, "Saya... telah berzina.

"Kepala Nabi Musa terangkat,hatinya tersentak. Perempuan itu meneruskan,


"Dari perzinaan itu saya pun...lantas hamil. Setelah anak itu lahir,langsung saya... cekik lehernya sampai... tewas," ucap wanita itu seraya menangis sejadi-jadinya.


Nabi Musa berapi-api matanya. Dengan muka berang ia mengherdik, "Perempuan bejad, enyah kamu dari sini! Agar siksa Allah tidak jatuh ke dalam rumahku karena perbuatanmu. Pergi!"... teriak Nabi Musa sambil memalingkan mata karena jijik.


Perempuan berwajah ayu dengan hati bagaikan kaca membentur batu, hancur luluh segera bangkit dan melangkah surut. Dia terantuk-antuk keluar dari dalam rumah Nabi Musa. Ratap tangisnya amat memilukan.Ia tak tahu harus kemana lagi hendak mengadu. Bahkan ia tak tahu mau dibawa kemana lagi kaki-kakinya. Bila seorang Nabi saja sudah menolaknya, bagaimana pula manusia lain bakal menerimanya? Terbayang olehnya betapa besar dosanya, betapa jahat perbuatannya. Ia tidak tahu bahwa sepeninggalnya, Malaikat Jibril turun mendatangi Nabi Musa.


Sang Ruhul Amin Jibril lalu bertanya, "Mengapa engkau menolak seorang wanita yang hendak bertaubat dari dosanya? Tidakkah engkau tahu dosa yang lebih besar daripadanya?" Nabi Musa terperanjat. "Dosa apakah yang lebih besar dari kekejian wanita pezina dan pembunuh itu?" Maka Nabi Musa dengan penuh rasa ingin tahu bertanya kepada Jibril. "Betulkah ada dosa yang lebih besar daripada perempuan yang nista itu?"


"Ada!" jawab Jibril dengan tegas. "Dosa apakah itu?" tanya Musa kian penasaran."Orang yang meninggalkan sholat dengan sengaja dan tanpa menyesal.


Orang itu dosanya lebih besar dari pada seribu kali berzina"


Mendengar penjelasan ini Nabi Musa kemudian memanggil wanita tadi untuk menghadap kembali kepadanya. Ia mengangkat tangan dengan khusuk untuk memohonkan ampunan kepada Allah untuk perempuan tersebut. Nabi Musa menyedari, orang yang meninggalkan sembahyang dengan sengaja dan tanpa penyesalan adalah sama saja seperti berpendapat bahwa sembahyang itu tidak wajib dan tidak perlu atas dirinya. Berarti ia seakan-akan menganggap remeh perintah Tuhan, bahkan seolah-olah menganggap Tuhan tidak punya hak untuk mengatur dan memerintah hamba-Nya.


Sedang orang yang bertobat dan menyesali dosanya dengan sungguh-sungguh berarti masih mempunyai iman di dadanya dan yakin bahwa Allah itu berada di jalan ketaatan kepada-Nya. Itulah sebabnya Tuhan pasti mau menerima kedatangannya. (Dikutip dari buku 30 kisah teladan - KH Abdurrahman Arroisy)


Dalam hadis Nabi SAW disebutkan : Orang yang meninggalkan sholat lebih besar dosanya dibanding dengan orang yang membakar 70 buah Al-Qur'an, membunuh 70 nabi dan bersetubuh dengan ibunya di dalam Ka'bah. Dalam hadis yang lain disebutkan bahwa orang yang meninggalkan sholat sehingga terlewat waktu, kemudian ia mengqadanya, maka ia akan disiksa dalam neraka selama satu huqub. Satu huqub adalah delapan puluh tahun. Satu tahun terdiri dari 360 hari, sedangkan satu hari diakherat perbandingannya adalah seribu tahun di dunia.


Demikianlah kisah Nabi Musa dan wanita penzina dan dua hadis Nabi, mudah-mudahan menjadi pelajaran bagi kita dan timbul niat untuk melaksanakan kewajiban sholat dengan istiqomah.

Copas dari FB temen. Semoga bisa jadi bahan renungan :)

Kamis, 21 April 2011

A PAPER PLATE



One day in a family, there's a living of a grandpa, a married couple, and a grandchild. Because grandpa has been suffering from a stroke for such a long time, it's difficult for him to move some parts of his body, especially to move his hand.


When dinner's served, as usual, grandpa, his son, his daughter-in-law, and his grandchild eat together at the same dining table. Awkward moment of silence wraps their dining time. There's just the sound of spoon and fork rubbing against each other, until then.. PRANG!


One of family members drops his glass when struggling so hard to deal with his disability to hold spoon and feed himself. Yea, it's grandpa breaking another cultery. Noone really knows how many fragile thing he has broken since the first time he suffered from a stroke.


His daughter-in-law has run out of patience that night. "Hon! I'm really sick of your father! Every fragile thing he holds will be cracky into pieces! Look at this rack! Two more plates left! Just wait until our meals will be placed on leaves as dine base!!" She yells at his husband at the kitchen. She really feds up of his father-in-law.


On the following day when mealtime comes, how shocked grandpa to know that he is discriminated. All the family members, except grandpa, will eat on the same table. All the family members, except grandpa, may pick what they wanna eat because all meals are served in the middle of the table. And the most shocking one, all the family members, except grandpa, will eat on a ceramics plate as dining base, whereas grandpa will eat on a paper plate!


Grandpa feels so bad, but he tries to wholeheartedly accept the situation he's going through. On a paper plate, he tries to enjoy the meal. With a plastic glass, he tries to hold it tight. In a loneliness, he tries to enjoy himself. With tears flow on his cheek, he promises to forgive his son.


When the day changes into night and everybody's gonna sleep, the boy goes to living room and makes a lot of circle made of paper. He's so serious that he doesn't realize his father's coming. "Hey what are you doing, son? Why dont you sleep?" His father asks him what he's doing.
"I'm making plates, dad!" The boy answers charmingly.
"Plates?" Father asks for more.
"Ya, dad! I'm making a loooot of plates. I'm scared if someday when you get older and you suffer from a stroke, i dont have enough paper plates for you! I just do like what you do to grandpa. My teacher said that children have to always learn from his parents. I do it, dad! I'm learning from you. I'm right, aren't I?" A boy explains innocently and with no gulity feeling.


How surprised Father to hear what his child just said. He's done a huge mistake! He feels like being punched by his own child. He goes straight to grandpa's room with guilty feeling after having conversation with his son. How shocked father to see grandpa's lying on his sajadah. Grandpa's gone when he's praying. Father cries out loud and tries to call grandpa back. But, of course, no answer from grandpa. Even in day when grandpa' gone, father hurts grandpa deep inside. Ironically, grandpa has forgiven his son even when his father hasn't aplogized yet.


"I'm so sorry, daddy"


Why has to be so conceited if someday we'll also be old?
Why has to be conceited while we wont be like what we be now without our parents grow us?
Why has to be so conceited to take care of your parents as well as they took care of you in your childhood?

YOU MUST BE SO LUCKY TO HAVE THEM




-Adapted  from the famous story with the same title