Senin, 17 Agustus 2015

Muslimah Should Act Like One

Dear, loyal reader! ((Kayak ada aja))

Kali ini aku mau cerita tentang hal lain yang perlu disiapkan untuk pernikahan, selain pesta itu sendiri. Yaitu kesiapan seorang wanita untuk menjadi ibu solehah yang bisa membimbing anak-anaknya menjadi anak yang solehah juga. Terkesan naif? Well, up to you. Tapi aku masih berkeyakinan bahwa keturunan yang baik berasal dari orang tua yang baik pula.

Aku dan cami sudah pacaran selama 7 tahun. Bayangkan, 7 tahun. Jika diibaratkan, sudah berapa banyak sih dosa yang kami tumpuk selama itu? Dan, mau sampai kapan? Awalnya Tito juga belum sanggup untuk menikah. Terutama dari segi finasial. Tapi aku teguhkan lagi ke dia kalau kita mau pacaran terus sampai kapan? Ada banyak kasus orang yang sudah pacaran selama bertahun-tahun dan menikah, namun pernikahannya hanya bertahan beberapa bulan. Lalu, apakah ada jaminan bahwa pacaran bertahun-tahun akan melanggengkan pernikahan? No! Bahkan di Islam sendiri kita tidak boleh mengawali pernikahan dari berpacaran.

Awalnya cami ga berani, belum berani lebih tepatnya. Tapi setelah kita berdiskusi, akhirnya tercapai kesepakatan bahwa dia pasti akan menikahi aku, tapi di usia 24 tahun. Oke deal, toh aku dan dia seumuran (walaupun lebih tua aku 6 bulan). A man should be man up! Semakin tua usia belum tentu akan membuat kita dewasa kok! Malah aku pengennya kita benar2 mendaki bersama dari bawah. Supaya nanti kita bisa merasakan indahnya mendaki ke suksesan bersama-sama.

-----

"Aku harus menjadi muslimah yang solehah agar bisa menjadi istri dan ibu yang solehah"

Sebelum papa meninggal, papa sudah berulang kali membujuk aku untuk pakai jilbab. Hingga bertahun-tahun setelah papa meninggal, aku masih saja pakai rok pendek dan kaos ketat. Astaghfirullah, na'uzubillah min zalik..

Hatiku bergejolak, "bagaimana mungkin aku bisa mencetak generasi muslim yang baik jika aku tidak memulai dari diriku sendiri?"

Bagaimana mungkin aku bisa jadi istri yang baik, jika ayahku di dalam kubur sana masih disiksa karena berapa inchi tubuhku dilihat dan "dinikmati" oleh lawan jenis? Tahukah kamu bahwa setiap inchi tubuhmu yang terlihat oleh lawan jenis sama dengan satu dosa bagi ayahmu? Lantas sudah berapa inchi tubuhmu kali berapa lama kamu hidup di dunia ini? Astaghfirullahal 'azim..

Tapi insya Allah, Allah Maha Pengampun Lagi Maha Penyayang. Perbaiki dulu dirimu, lalu Allah akan memperbaiki segala urusanmu. Biarlah orang mau berkata apa mengenai penampilanmu yang baru. Memang mereka mau menanggung semua dosamu? Jangan tunggu nanti-nanti, karena mati tidak mengenal kompromi. Bukankah kamu ingin dimatikan dalam keadaan khusnul khotimah?

Jika kamu sudah memperbaiki penampilanmu, jagalah sikapmu! Memang banyak yang bilang, berkerudung bukan berarti suci! Jangan membuat stereotipe seperti itu. Ya, saya setuju. Tapi bukankah akan jauh lebih mulia kamu di mata Tuhanmu jika kamu turut menyucikan perilakumu? Biar dikata Ibu Haji! Sesungguhnya pembencimu sedang mendoakanmu. Biar dikata ustadzah! Sesungguhnya pembencimu ingin sekali agar kamu mengajari mereka beragama dengan baik. Biar dikata sok suci! Sesungguhnya kamu memang sedang dalam proses menyucikan dosa-dosamu di masa lalu. Biar dikata kuper! Sesungguhnya kamu sedang dalam proses seleksi, mana teman yang patut untuk ditemani, mana teman yang hanya patut dijadikan kenalan.

Jika kamu sudah perbaiki sikap dirimu, jagalah hubunganmu ke lawan jenis! Apa pantas kamu berpelukan, berangkulan, bergandengan tangan dengan non-muhrim? Di depan umum pula. Kamu tidak malu? Jangan malu dengan manusia! Malulah dengan Allah. Kamu tau hal itu dosa, ya saya yakin kamu tau. Tapi kenapa masih dilakukan? Ingat, kamu bukan hanya dosa karena melampiaskan syahwat, tapi juga dosa karena munafik. Munafik karena kamu tau itu salah, tapi masih tetap kamu lakukan.... Ga boleh ya kayak gitu? Please. Walaupun kamu dan "jodoh" kamu sudah merencanakan pernikahan, kamu tetap tidak boleh melakukan Public Affection seperti itu. Yuk, jadi muslimah yang sesungguhnya :--)

Aku bukan manusia paling sempurna. Sama sekali tidak. Aku masih sering berbuat dosa. Aku masih sering tidak khusyuk kalau sedang beribadah. Aku masih sering iri hati dengan orang lain. Aku masih sering cemburu dengan orang lain. Aku masih sering ada keinginan untuk "pacaran" lagi seperti dulu sebelum aku berjilbab. Aku masih sering ada keinginan untuk travelling atau jalan2 berdua seperti dulu. Tapi itu semua aku tahan. Karena semua akan indah pada waktunya kok. Lagipula, tidak inginkah kamu meringankan dosa ayahmu, Ukh?

Yuk, kita sibukkan diri dengan memperbaiki diri. Karena jika kamu sibuk memperbaiki dirimu karena Allah, Allah akan sibuk mempersiapkan jodohmu agar cocok mendampingimu. Jika calonmu masih susah terketuk hatinya untuk bertaubat, yuk berdoa kepada Allah agar Ia dapat melunakkan hati calon jodohmu untuk bisa menjadi calon imam yang baik bagi keluarga masa depanmu. Jika calon jodohmu tidak bisa menerima perubahanmu, berarti dia bukan calon imam yang baik tuh! Berarti dia tidak mengizinkanmu untuk taat kepada Allah! Percayakan saja dirimu 100% kepada Allah. Insya Allah, Allah tidak akan ingkar janji.

Beribadah jangan setengah-setengah, karena Allah tidak pernah lengah.

Yuk, sampaikan kebaikan walau hanya 1 ayat.

Assalamu'alaikum, ukhti. Keep istiqomah :--)


Tidak ada komentar:

Posting Komentar